Curhat SMS Android


Sambil nunggu sms, yang sebenarnya belum pasti masuk. 
Sudah beberapa bulan, hampir tiap siang kerjaanku nunggu dering sms itu. Meskipun seringkali aku tertipu dengan dering pemberitahuan lain. Hehe. Maklum saja, aku yang menggunakan jasa mas 'android' cukup nurut saja dibikin ribet. 
Saking banyaknya aplikasi sampai 'sosmed' yang kadang harus laporan tiap kali ada hal baru.

Balik lagi ke pesan singkat yang aku tunggu yang masih belum terdengar juga deringnya. 
Ya Allah, sepenting apa sih?. Tapi memang ini lebih penting dari sms seorang kekasih 
yang sekedar ngingetin makan. Eeh. Ini sms rupiah.
Karena kalau seharian tak kudapati pesan itu ya, rupiah bukan untuk aku.

Terus maksud saya nulis ini ya, sekedar memanfaatkan waktu menunggu. Pumpung juga mood menulisku lagi ada. Sebenarnya aku juga sedang dilanda kebosanan yang cukup akut akibat banyaknya waktu luang yang tak terpakai dengan baik. 
Maklum, setelah dua minggu libur sekolah tapi aku masih juga libur yang entah kapan akan usai. 

Masih On Line

Sambil kutekan-tekan layar ini. Semakin panjang rangkaian kata yang terjalin. Satu persatu barisan huruf ini berjalan maju mengikuti perintah tuannya. Rupanya ada hal tertentu yang begitu mendorongku  untuk menjajar kalimat.

Masih tersambung lewat perantara sinyal internet. Membuat jarak kamu dan aku yang berpuluh-puluh kilo itu semakin dekat kelihatannya.

Sebenarnya apakah di layar sana aku masih terlihat 'hidup' atau 'mati' aku pun tak paham. Aku hanya memastikan diriku masih bisa sekali kau ajak 'ngobrol'. Ayolah, hanya butuh sedikit saja sapaan. Entah apapun itu aku pasti akan meresponnya.




Cukup om saja,

Diam-diam aku memperhatikannya. Melirik tubuhnya yang semakin kecil dan mudah sekali kau temukan rangka atau tulang-tulangnya. Memerah seperti tak ada daya. Sungguh jauh dari julukan lelaki perkasa.

Nafasnya yang mulai tak beraturan. Begitu cepat dada itu berganti tinggi rendah. Sungguh, aku tak kuasa melihatnya. Seketika air mataku menggenang. Menggantung dan perlahan jatuh. Kupastikan tak seorangpun tau, bahwa aku menangisinya.

Andai saja kau tak mendekati barang itu di waktu mudamu.
Andai saja kau tak tergoda dengan kenikmatan yang akhirnya membawa petaka.

Cerita malam minggu,

Hanya sedang merasa kesepian saja. Tapi, apakah kesepian itu hal yang remeh? Menurutku iya. Karena pasti semua manusia di bumi sangat sering didatangi keadaan itu.

Kesepian itu aman, lho. Bagaimana tidak, siapa lagi yang bisa kau ajak tuk berbuat dosa? Dosa yang terberat, yaitu menggunjing orang disekelilingmu. Hingga dosa ringan, yang hanya sekedar prasangka burukmu pada lawan bicaramu. Dan itu semua tak akan pernah terjadi jika kau kesepian. Hehehe

Dan rasanya malam ini bukan hanya manusia yang menyepikanku. Seolah-olah waktu hingga benda-benda disekitarku tak berpihak padaku. 

Ini satnight, yang katanya milik mereka yang berbahagia di atas bumi yang penuh cinta. Yah, memang benar. Semua manusia punya haknya merasakan indahnya malam minggu. Jadi untuk mereka yang lagi menikmati manisnya madu percintaan, janganlah sok mengakui satnight itu milik kalian aja. *peace

Lelaki Hatiku

Sesosok lelaki, yang aku lihat itu. Memang, dia punya wajah yang rupawan. Perawakannya, juga tak buruk dan membuatku mengaguminya. Tapi itu wajar, dan aku tahu rasa itu hanya sebatas kagum. Paling, beberapa jam saja bertahan dan pasti aku hanya akan melihatnya biasa saja nantinya.

Kita hanya terpisahkan beberapa kursi waktu itu. Entah tiga atau empat, tapi aku yang duduk di belakangmu hanya memandang kepala dan sedikit bahumu. Sesekali kau menoleh kebelakang, entah apa yang kau lihat. Tapi saat itu aku berharap kau selalu menengok ke belakang. Melihatku yang selalu memperhatikanmu.

"Silahkan, mbak duluan" itu yang aku dengar di antrean toilet SPBU. Kau mempersilahkan aku dan adikku memakai toilet dulu, padahal kau sudah lebih dulu mengantre. Aku lupa suaramu, yang aku ingat lelaki sepertimu jarang sekali ada di jaman sekarang.
Hai, mas. Nilaimu bertambah di mataku.

Di area wisata, aku sering melihatmu berjalan sendiri. Dengan kamera handphone, kau bidik objek-objek yang kau suka. Dan akupun begitu. Tapi tahukah, mata ini juga tak bosan membidik tingkahmu, mas. Kau yang selalu sendiri, ingin sekali aku menemanimu berjalan dan ngobrol entah itu tentang apa.

Tapi kita tak pernah kenalan..

•• Ruang Aku ••

Jikalau nanti sudah kau miliki sebuah rumah. Dan rumah itu sudah lengkap dengan berbagai fasilitas beserta perabotan-perabotannya. Kau pun bangga memilikinya. Meskipun terkadang masih saja kau banding-bandingkan dengan yang lain.
Tapi itulah rumahmu. Yang harus kau rawat dan tempati bersama keluargamu tersayang.

Rumah idamanmu itu, dengan segala detail yang ada. Kau pun menatanya sedemikian rupa, hingga kau merasa nyaman di dalamnya. Dan saat titik jenuh mulai berada di puncak, kau pun merombaknya.

Sebenarnya inilah yang harus terpikirkan, dan menjadi inti dari tulisan ini.
Simaklah baik-baik.. *ehem

The miracle of twenty...

Aku lupa, ternyata aku sudah di sini. Lihat saja dan rasakan semuanya memang hampir sempurna. Sempurna untuk ukuran aku di angka dua satu yang sebentar lagi juga akan bertambah.

Angka dua satu bagiku sangat sakti. Angka itu selalu kuingat, meskipun aku yakin tiap orang yang baru melihatku jarang sekali menganggap aku dua satu.

Hey, aku harus sadar. Dua satu bukanlah angka yang sedikit. Lumayan, dengan itu aku selalu bisa membesarkan hatiku. Contohnya saja kemarin, ketika kekuatan superku mulai digerogoti oleh oknum tak bertanggung jawab.  Sekuat-kuatnya aku, pasti akan tumbang juga.

Dan benar saja.

up