\ Mei 2014 | Catatan Rizka

Cukup om saja,

Diam-diam aku memperhatikannya. Melirik tubuhnya yang semakin kecil dan mudah sekali kau temukan rangka atau tulang-tulangnya. Memerah seperti tak ada daya. Sungguh jauh dari julukan lelaki perkasa.

Nafasnya yang mulai tak beraturan. Begitu cepat dada itu berganti tinggi rendah. Sungguh, aku tak kuasa melihatnya. Seketika air mataku menggenang. Menggantung dan perlahan jatuh. Kupastikan tak seorangpun tau, bahwa aku menangisinya.

Andai saja kau tak mendekati barang itu di waktu mudamu.
Andai saja kau tak tergoda dengan kenikmatan yang akhirnya membawa petaka.


up