\ Agustus 2013 | Catatan Rizka

♥•° Tangga Hati ♥ :) •°

Aku memang bukan seorang guru. Tapi saat ini sedang menempa pendidikan yang memang dijuruskan untuk menjadi seorang guru. Hingga pada saat itu, aku mulai meniti karirku. 

Perlahan aku mulai menerapkan apa itu menyampaikan ilmu. Meskipun tak seberapa, karena kita tahu "Sampaikan ilmu meski hanya satu ayat". hehe. 

Di suatu tempat, di mana menampung anak-anak untuk belajar. Di situlah aku mulai bergabung. Mulai belajar berinteraksi dengan orang-orang baru. Dan mereka semua secara fisik apalagi karakter berbeda jauh denganku.

Aku paham semua pilihan ada resikonya. Termasuk harus mendapat bullying dari mereka. Okelah, memang itu karaktermu dan harus kuterima. Yang harus aku ingat adalah aku dilarang membalas cacianmu, bahkan membencimu. 

Kita (aku, kamu, dan kalian)

Rasa sedih akan sebuah perpisahan perlahan pergi. Tak mudah memang, tapi begitulah hidup. Bertemu seseorang atau beberapa orang yang kita sendiri tak tahu dari mana datangnya. Bisa saja kubilang, aku tak inginkan mereka hadir dalam hidupku. Tapi mau apa lagi. 

Mulailah aku, kamu dan kalian 

Berada di tempat yang sama, waktu yang sama, dan tentu saja akhirnya cerita kita sama bukan?

Hanya saja kita tak pernah tahu. Kebersamaan ini entah memunculkan apa di benak kita. Atau malah karena perjalanan ini tak pernah diketahui arahnya, tersesatlah kita. Dan karena saking jauhnya lagi, tak kita temukan jalan tuk keluar. Keluar dari ruang ternyaman yang kau dan aku punya. 


  

Yang selalu berbeda di wadah yang sama



   Hmm, tampaknya nafas lega tak selalu bisa aku rasakan. Sebentar-sebentar dia berubah menjadi sesak walau tak sesesak mereka yang nyata menderita sesak nafas. Syukur, sesak itu selalu menemukan obatnya yang memang siapa lagi kalau bukan aku sendiri yang mengikhtiarkan. 

   Zona aman yang sedang berpihak padaku tiba-tiba saja berubah menjadi unsecured. Dan itu terjadi dengan mudahnya. Jika ketentraman hidup didapat dengan usaha yang memang sudah pasti diketahui rumusnya. Kecemasan dan ketidaknyamanan hati justru datang dengan mudahnya. Keduanya dengan pasti dan rutin menghampiri bagai matahari yang tak pernah absen menjenguk bumi. 

   Lihat saja, hari ini aku terpikirkan akan esok. Esok yang biasanya agak bisa kupastikan akan menyenangkan. Sudah kutaruh hati di hari itu. Pasalnya, sedikit keceriaan akan berpihak padaku. Tapi tidak untuk hari esok dan hari yang sama di berikutnya. Allah telah merubah sedikit skenario untukku.

   Sebenarnya bisa kuterka alur cerita besok #ups. Meskipun aku tahu manusia tak kuasa dan tak boleh menentukan apalagi memastikan ceritanya sendiri. Esok tetaplah menjadi misteriku. Entah bagaimana keadaan hatiku esok. 

Berharap

   Ya, tak akan pernah menghentikan rengekanku padaNya. Akan kuminta agar diselipkanNya tawa. Atau paling tidak bisa kuhilangkan yang selain tawa itu.

Yang pasti, aku harus menyiapkan hati… :)



up