\ April 2013 | Catatan Rizka

(Bukan) Sekedar Mengingat


Hanya sekelumit percakapan seorang Ibu dengan anak perempuan kecilnya.


“ Bu, dapatkah kau ceritakan padaku seperti apa sosok Ayah itu?”

“ Baiklah, Ibu akan ceritakan. Dengarkan baik-baik” Sang Ibu mulai terdiam sejenak dan memandang kosong kearah langit.

“Cepat bu, aku tidak sabar igin mendengarnya” pinta si anak memaksa.

“Ayahmu adalah pria yang tampan dimata ibu, …. “ Dan si ibu menjelaskan dengan detail bagaimana rupa ayah lengkap dengan sifat dan karakternya.

“Mengapa ibu bisa sehafal itu mengingat ayah? Padahal sudah lama sekali Ayah pergi meninggalkan kita.”

“Kau tahu nak, Allah menciptakan otak kepada semua makhlukNya. Khususnya manusia, Allah melebihkan fungsinya. Dari otak kita bisa berfikir, dan mengingat banyak hal.”

“Bukankah manusia juga bisa lupa?”

“Oh, bisa sekali. Lupa juga merupakan salah satu tugas dari otak kita.”
Sambil mengrenyitkan dahi si anak semakin penasaran.

Lebih Pilih Akhir Bulan


      Jika sebagian orang memilih untuk menyukai tanggal di awal-awal bulan, berbeda dengan aku. Aku lebih memilih menantikan hari-hari di akhir bulan. Mungkin alasan mereka yang bergembira di awal bulan karena uang-uang kita masih terkumpul banyak. Memang benar sih, mood kita sedikit dipengaruhi oleh keadaan isi dompet. Tapi bukan berarti materi adalah segalanya kan?

      Entah kenapa aku malah membenci tanggal-tanggal kecil. Karena, aku harus berusaha sehemat mungkin untuk mempertahankan isi dompet hingga akhir bulan. Jangan heran kalau aku malah lebih pelit sehabis menerima tunjangan. Hehe...  Aku hanya tidak ingin menderita di akhir bulan karena uang telah teralokasikan ke dalam hal-hal yang tidak penting.


    
  

Sunny Day (✿◠‿◠)


   Pagi ini nampaknya bukan pagi yang spesial. Si cantik yang biasanya pamer akan keindahan warna kuning yang berkilau tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Malah pasukan air yang meluncur dari ketinggian beribu-ribu kilometer itu yang datang seolah mengetuk ngetuk  rumah. Ditambah lagi hawa dingin yang merengkuh tubuh Sunny semakin membuatnya enggan memindahkan kaki ke lantai untuk mengawali hari.

   Layaknya gadis-gadis muda belia di sinetron, ketika pertama kali tersadar dari tidur langsung saja tangannya meraba-raba seisi ranjang tidur. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu. Padahal belum sepenuhnya ia bangun, agaknya mata sipit itu masih ingin dirapatkan. Tapi tidak, hari ini adalah saat pertama Sunny menjadi siswa besar.

   “Haaa, ini dia..” katanya dengan nada malas. Rupanya ia mencari handphone yang baginya adalah belahan jiwanya. Bagaimana tidak, hampir tiap menit Sunny mengelus benda mini ajaib itu. Meskipun itu bukan touch screen, terus saja ia mengusap handphonenya. Berkali-kali menekan tombol yang semakin kabur huruf dan angkanya itu. Haha, aneh sekali.



up