\ Cukup om saja, | Catatan Rizka

Cukup om saja,

Diam-diam aku memperhatikannya. Melirik tubuhnya yang semakin kecil dan mudah sekali kau temukan rangka atau tulang-tulangnya. Memerah seperti tak ada daya. Sungguh jauh dari julukan lelaki perkasa.

Nafasnya yang mulai tak beraturan. Begitu cepat dada itu berganti tinggi rendah. Sungguh, aku tak kuasa melihatnya. Seketika air mataku menggenang. Menggantung dan perlahan jatuh. Kupastikan tak seorangpun tau, bahwa aku menangisinya.

Andai saja kau tak mendekati barang itu di waktu mudamu.
Andai saja kau tak tergoda dengan kenikmatan yang akhirnya membawa petaka.

Tapi mungkin otak itu terlanjur rusak olehnya.
Hingga sebentar saja kau tak menghisapnya, seakan-akan kau tak hidup atau apalah yang pasti sulit sekali kau jauh darinya.

Darimu, Om. Aku menjadi yakin pada apa yang aku minta padaNya.

Aku pesan satu, yang sadar akan barang pembawa mudarat itu.

Aku pesan satu, yang peduli bukan hanya pada tubuh yang harus dijaga agar selalu sehat, pada keselamatan orang yang sedang di sekitarnya, dan pada isteri dan anak-anak yang tak pernah ingin melihat bapaknya menderita..

Aku hanya peduli padanya, dan tak ingin apa yang dia alami terulang di hari lain nantinya.  




0 komentar:

Posting Komentar


up