\ Lelaki Hatiku | Catatan Rizka

Lelaki Hatiku

Sesosok lelaki, yang aku lihat itu. Memang, dia punya wajah yang rupawan. Perawakannya, juga tak buruk dan membuatku mengaguminya. Tapi itu wajar, dan aku tahu rasa itu hanya sebatas kagum. Paling, beberapa jam saja bertahan dan pasti aku hanya akan melihatnya biasa saja nantinya.

Kita hanya terpisahkan beberapa kursi waktu itu. Entah tiga atau empat, tapi aku yang duduk di belakangmu hanya memandang kepala dan sedikit bahumu. Sesekali kau menoleh kebelakang, entah apa yang kau lihat. Tapi saat itu aku berharap kau selalu menengok ke belakang. Melihatku yang selalu memperhatikanmu.

"Silahkan, mbak duluan" itu yang aku dengar di antrean toilet SPBU. Kau mempersilahkan aku dan adikku memakai toilet dulu, padahal kau sudah lebih dulu mengantre. Aku lupa suaramu, yang aku ingat lelaki sepertimu jarang sekali ada di jaman sekarang.
Hai, mas. Nilaimu bertambah di mataku.

Di area wisata, aku sering melihatmu berjalan sendiri. Dengan kamera handphone, kau bidik objek-objek yang kau suka. Dan akupun begitu. Tapi tahukah, mata ini juga tak bosan membidik tingkahmu, mas. Kau yang selalu sendiri, ingin sekali aku menemanimu berjalan dan ngobrol entah itu tentang apa.

Tapi kita tak pernah kenalan..


Dan inilah yang membuatku benar-benar sempurna menaruh hati padamu. Tak sengaja aku melihatmu sholat di musholla. Aku perhatikan betul kau, sampai takhiyat akhir. Lalu kau berdiri lagi, melanjutkan dua rakaat. Andai saja aku makmummu, mas. Saat keadaan seperti ini, mudah saja orang-orang meninggalkan sholat. Tapi tidak dengan kamu, yang tetap memilih pada kekhusyukan sholatmu.


Saat itu aku memang terpukau. Aku mengagumi lelaki yang bisa menjaga diri dengan sholatnya. Karena dari situlah aku tahu kau pun kelak bisa menjaga keluargamu.
Entah harus bahagia, ataukah sedih. Pertemuan kita yang hanya dua hari. Pertemuan kita yang hanya bersitatap, saling pandang. Pertemuan kita yang mungkin sia-sia karena siapakah kamu aku tak pernah tahu. Kau hanya meninggalkan sesosok lelaki idaman hati, yang pantas aku sebut calon imamku.

Apakah yang kau pikirkan kala itu, mas? Saat mata kita beradu satu. Adakah fikiran yang sama denganku? Entahlah. Aku tak pernah tahu.

Oiya, bagaimana dengan gantungan kunci boneka yang kau beli dan kau gantungkan di tas kecilmu? Aku harap, kau tak berikan itu ke wanita yang kau sebut kekasihmu. Tapi, apa dayaku, yang tahu namamu saja tidak.

Mas, hingga dua hari setelah kebersamaan itu. Aku mulai lupa bagaimana  rupa wajahmu. Aku selalu meminta, supaya kita dipertemukan lagi. Entah itu kapan. Lewat mimpipun aku mau.

Ya Allah, jika kita memang tak jodoh. Aku inginkan jodoh yang seperti dia, minimal akhlak dan kesholehannya.. Aamiin, (˘ʃƪ˘)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

cieeeee.... uhuk uhm

Posting Komentar


up