Bismillahirrahmanirrahim.
Pernah suatu saat guruku
bertanya, sebenarnya si bukan hanya aku yang ditanyai :D. pertanyaanya adalah,"apa
cita-cita kalian ketika besar nanti?". Akupun menjawab, "jadi dokter
bu," "wah cita-cita yang bagus" sahut si ibu guru. Waktu
aku kecil dulu, pertanyaan semacam itu sering dilontarkan padaku. Dan jawabanku
pun masih tetap, dokter. sekalipun berubah, pasti jawabanku yang setara dengan
profesi si dokter, paling tidak “dosen”. benar-benar tinggi ya cita-citaku dulu.
hehe
Jika kau tanya, apa alasan aku
dulu ingin menjadi dokter mungkin aku tak bisa menjawab. Sepertinya aku hanya
terbawa teman-temanku saja. Tapi kau pasti setuju kalau profesi dokter adalah
baik dan semua anak pasti menginginkannya. terbukti banyak teman-temanku dulu
yang ingin menjadi dokter. Selain itu apa gara-gara dulu aku seringnya denger
lagu boneka susan ya, yang ditanya cita-citanya terus ngakunya pengen jadi dokter
soalnya bisa nge'njus' alias nyuntik orang.
Lalu apa kabarnya cita-citaku
sekarang? Apakah aku masih terobsesi menjadi seorang dokter? (dokter lagi). :D
Tapi tahukah kamu, kini ketika
aku mulai beranjak dewasa, (sok dewasa ya, pdahal ga da dewasa-dewasanya) aku
mulai jarang ditanyai perihal cita-citaku. Kenapa yah, apa itu pertanyaan hanya khusus untuk anak-anak.
Entahlah, tapi kadang terlintas di benakku saat seseorang bertanya padaku kini
tentang masa depanku, aku takkan berani menjawab dengan jawaban selantang
ketika aku kecil dulu. Paling-paling aku hanya akan tersenyum, karena belum
jelas jluntrungnya aku. Atau aku akan menjawab “wallahu’alam kalo diterusin ya bisshawab”.
hehehe
Kenapa seperti itu, karena
sepertinya aku ga akan menjadi dokter seperti cita-citaku waktu kecil dulu.
Sebenarnya ada sih usaha untuk merealisasikan impianku itu. Minimal aku di SMP
pernah bergabung di organisasi Palang Merah Remaja (PMR), lumayan lho kiprahku
dulu (ceile..). Aku juga menggemari pelajaran biologi, dan di SMA dan
‘kecemplung’ di jurusan yang anggapan orang-orang itu adalah jurusan terbaik
dan favorit apalagi kalo bukan IPA. Lumayan ada bakat kan, he sok ke PeDean.
Tapi pemirsa, tiba-tiba kog anganku
berubah ketika di IPA aku harus menyukai ‘mereka’; Matematika, Fisika, Kimia
yang notabene adalah ‘pegangan’ seorang calon dokter. Aku tak suka ilmu hitung
menghitung pemirsa. Susah ya buat bisa ngeraih cita-cita. Sebenarnya masih ada
banyak sekali hambatan dan rintangan yang harus dihadapi kedepannya untuk bisa
menjadi seorang dokter.
Dan kesimpulannya, cita-cita
menjadi seorang dokter hanya indah didengar oleh penanyaku waktu kecil dulu.
Maaf ya ga bisa ditepatin, maklumin aja namanya juga anak kecil, sukanya
berimajinasi. Tapi setidaknya aku sudah memberikan jawaban yang enak didengar kan
Pak, Bu.. hehehe.
Itulah sedikit tentang
cita-cita masa kecilku, dan usaha yang telah aku lakukan untuk mewujudkannya.
Entah itu karena aku terlanjur malu karena aku telah memproklamirkan bahwasanya
aku ingin jadi dokter, atau memang panggilan jiwa. Tapi apa boleh buat, aku tak
berdaya, tak sanggup otak ini berpikir terlalu tinggi.
Hikmah yang bisa diambil dari
pengalaman ini adalah untuk meraih cita-cita kita itu nggak semudah ketika kita
menggembar gemborkannya di hadapan khalayak publik. Jadi butuh persiapan dan
usaha yang benar-benar kuat. Selain itu, aku bisa menyimpulkan bahwa sebagian
besar angan-angan di waktu kecil itu hanya bohong belaka, bukan merupakan
jawaban dari hati. Hehehe (lagi).
Wassalam..
1 komentar:
cita-cita, penting ga penting bagiku.
just do your best dengan ketulusan hati dan semangat :D
Posting Komentar